Minggu, 14 Agustus 2011 | By: djoe

HUMORIA : "BERBAGI NIKMAT"

        Memang sudah menjadi agenda wajib pondok pesantren “AL-IHSAN” bahwsanya sore hari, sebelum dan sesudah ‘ashar, santri diharuskan ikut proses belajar mengajar.
        Dalam suatu kelas:
Pak Ustadz : “Shodaqoh itu sangat dianjurkan bagi kita umat islam, karena dengan shodaqoh orang lain akan ikut merasakan nikmat yang ALLAH berikan pada kita, dan itu adalah bukti rasa syukur kita kepada ALLAH”.
        Hasyim salah satu santri memotong pembicaraan: “Berarti Ustadz, berbagi nikmat itu baik dan dianjurkan ya.....???” tanya Hasyim. “Ya....betul!!!” jawab Pak Ustadz.
##############
        Kegiatan belajar mengajarpun selesai. Hasyim pulang dan mempraktekkan apa yang ia peroleh dalam ngajinya itu yakni berbagi nikmat adalah baik”. Al-hasil makin banyak orang yang segan dan menyayanginya.
##############
Hari berikutnya:

RAHASIA LAPAR



            Kiranya anda perlu mengetahui rahasia lapar yang begitu besar dalam hubungannya dengan jalan menuju akhirat. Ketahuilah, bahwa lapar memiliki banyak manfaat, tetapi pada prinsipnya manfaat lapar itu, setidaknya ada tujuh, yaitu:
   1)      Menjernihkan hati dan menajamkan penglihatannya, karena kenyang menyebabkan kedunguan dan membutakan hati.
Nabi SAW. Bersabda :
مَنْ أَجَاعَ بَطْنَهُ عَظُمَتْ فِكْرَتُهُ وَفَطِنَ قَلْبُهُ
Artinya :”Barang siapa menjadikan perutnya lapar, maka pikirannya menjadi hebat dan hatinya menjadi cerdas.”
Kiranya telah menjadi jelas, bahwa kunci kebahagiaan adalah ma’rifat.sementara kema’rifatan tidak akan tercapai, kecuali dengan kejernihan hati. Itulah sebabnya, maka lapar dapat mengetuk pintu surga.

2)      Kepekaan dan kelembutan hati, sehingga dia dapat merasakan kenikmatan bermunajat dan mudah tersentuh oleh dzikir dan ibadah. Imam Al-Junaid berkata:”salah seorang di antara kalian akan dapat merasakan manisnya munajat, bila mampu mengosongkan antara diri dan hatinya dari kerasukan makan.”
Bukan hal yang samar lagi bagi anda, bahwa kondisi hati, seperti rasa cemas dan takut, kelembutan, munajat, dan meleburnya hati oleh wibawa ALLAH, merupakan kunci-kunci pembuka pintu surga, sekalipun di atasnya masih ada pintu ma’rifat dan lapar sebagai pengetuk pintu itu.

3)      Kerendahan hati serta lenyapnya kesombongan dan kezaliman yang ada di dalamnya. Tidak ada sesuatu yang dapat mematahkan nafsu melebihi rasa lapar. Kezaliman menyebabkan lupa kepada Allah ta’ala dan menjadi pintu gerbang menuju neraka jahim dan sumber kesengsaraan, sedangkan lapar akan menutup pintu ini. Dengan tertutupnya pintu kesengsaraan berarti pintu kebaikan menjadi terbuka. Itulah sebabnya ketika Nabi SAW.  Ditawari harta benda duniawi, beliau menjawab:
لاَ بَلْ أَجُوْعُ يَوْمًا وَأشْبَعُ يَوْمًا , فَإِذَا جُعْتُ صَبَرْتُ , وَتَضَرَّعْتُ , وَ إِذَا شَبِعْتُ شَكَرُتُ .
Artinya : “Tidak, aku ingin lapar seharian dan kenyang sehari. Bila sedang lapar, aku menjadi sabar dan khusuk. Bila sedang kenyang, aku bersyukur.”

4)      Ujian atau cobaan, yang baik ataupun yang buruk itu, termasuk pintu-pintu menuju surga. Karena di dalamnya dapat disaksikan rasanya siksaan, sehingga dengan itu semakin besar rasa takut terhadap siksaan, sehingga dengan itu semakin besar rasa takut terhadap siksaan akhirat. Manusia tidak dapat menyiksa dirinya sendiri dengan sesuatu seperti rasa lapar,  karena ia tidak perlu bersusah payah untuk melakukannya. Disamping itu, rasa laparjuga terkait dengan manfaat-manfaat lain. Sehingga ia akan selalu menyaksikan ujian Allah Ta’ala secara terus menerus.

KUPASAN AL-QUR’AN TENTANG GENDER


Berbicara tentang gender, mengantarkan kita pada akar kata dari Gender dan pengertiannya. Gender (dibaca Jender) berasal dari bahasa Inggris berarti jenis kelamin (John M. Echols & Hassan Shadily, 1983). Dalam Women’s Studies Encyclopedia bahwa gender adalah suatu konsep kultural, berupaya membuat perbedaan (distition) dalam hal peran, perilaku, mentalitas dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat. Sedang gender pengertiannya dalam Islam dapat dilihat dalam penggunaan kata al-dzakar dan al-untsa di sejumlah ayat Al-Qur’an. Dalam tradisi bahasa Arab, kata al-dzakar berakar dari kata dzal-kaf-ra berarti mengisi, menuangkan, menyebutkan, mengingat; al dzakariah berarti mempelajari, al dzikru jamaknya al dzukur bermakna laki-laki atau jantan (Al Munawar, hal.483). Al dzakar berkonotasi pada persoalan biologis (seks) sebagai lawan kata al-untsa, dalam bahasa Inggris disebut  male lawan dari Female, digunakan pada jenis manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan (Al Maurid, hal. 553). Kata dzakar disebut dalam Al Qur’an sebanyak 18 kali (Al Mu’jam al Mufahras li Alfadz Alqur’an, hal. 275) lebih banyak digunakan untuk menyatakan laki-laki dilihat dari faktor bilologis (seks). Kata al untsa berasal dari kata alif-nun-tsa berarti lemas, lembek, halus. Lafal untsa terulang sebanyak 30 kalidalam berbagai pecahannya yang pada umumnya menunjukkan jenis perempuan dan aspek biologis (seks)nya. Dengan demikian, lafal al dzakaru dan al untsa dipergunakan untuk menunjuk laki-laki dan perempuan dari aspek biologis (seks)nya (Nasaruddin Umar, 1999: 167).
Dalam Islam tidak terdapat kata yang sama persis dengan gender, namun ketika Al Qur’an berbicara tentang gender, Ia menggunakan beberapa kata yang dapat dipergunakan untuk menelaah secara kritis dalam permasalahan kesetaraan laki-laki – perempuan dan relasi keduanya. Kata gender, secara persis tidak didapati dalam Al Qur’an, namun kata yang dipandang dekatdengan kata gender jika ditinjau dari peran fungsi dan relasi adalah kata al rijal dan al nisa.
Jumat, 12 Agustus 2011 | By: djoe

SISTEM PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KEJAYAAN


 
Pendidikan sebagai suatu sistem merupakan suatu kesatuan dari beberapa unsur dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Unsur-unsur tersebut saling berhubungan dan saling bergantung dalam mencapai tujuan.
Mengkaji sistem pendidikan islam di masa klasik tidak pas jika hanya dilihat dari sistem pendidikan islam di masa sekarang, karena kondisi periodik Klasik jauh berbeda dari kondisi sekarang.Oleh karena itu penulis akan menggunakan kategori-kategori dalam sistem pendidikan Islam–disini diamati pada masa kejayaan pendidikan Islam–berdasarkan pengamatan pada fakta sejarah dan menggunakan patokan konsep-konsep pendidikan sekarang, meski patokan-patokan tersebut tidak persis sama.

A.    KURIKULUM  
Kurikulum dalam pendidikan Islam masa klasik tentu tidak sama dengan kurikulum di zaman sekarang ini. Menurut Ahmad Tafsir, kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari oleh siswa. Lebih luas lagi, kurikulum bukan hanya sekedar rencana pelajaran, tetapi semua yang secara nyata terjadi dalam proses pendidikan di sekolah. Pada lembaga pendidikan saat ini, siswa dituntut mempelajari sejumlah bidang studi yang ditawarkan oleh lembaga. Di samping itu, ia juga diwajibkan mengikuti serangkaian kegiatan sekolah yang dapat memberikan pengalaman belajar.Sedangkan dimasa klasik, kurikulum yang terdapat di lembaga pendidikan Islamtidak menawarkan mata pelajaran yang bermacam-macam, dalam suatu jangka waktu, pengajaran hanya menyajikan satu mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa.