Minggu, 14 Agustus 2011 | By: djoe

RAHASIA LAPAR



            Kiranya anda perlu mengetahui rahasia lapar yang begitu besar dalam hubungannya dengan jalan menuju akhirat. Ketahuilah, bahwa lapar memiliki banyak manfaat, tetapi pada prinsipnya manfaat lapar itu, setidaknya ada tujuh, yaitu:
   1)      Menjernihkan hati dan menajamkan penglihatannya, karena kenyang menyebabkan kedunguan dan membutakan hati.
Nabi SAW. Bersabda :
مَنْ أَجَاعَ بَطْنَهُ عَظُمَتْ فِكْرَتُهُ وَفَطِنَ قَلْبُهُ
Artinya :”Barang siapa menjadikan perutnya lapar, maka pikirannya menjadi hebat dan hatinya menjadi cerdas.”
Kiranya telah menjadi jelas, bahwa kunci kebahagiaan adalah ma’rifat.sementara kema’rifatan tidak akan tercapai, kecuali dengan kejernihan hati. Itulah sebabnya, maka lapar dapat mengetuk pintu surga.

2)      Kepekaan dan kelembutan hati, sehingga dia dapat merasakan kenikmatan bermunajat dan mudah tersentuh oleh dzikir dan ibadah. Imam Al-Junaid berkata:”salah seorang di antara kalian akan dapat merasakan manisnya munajat, bila mampu mengosongkan antara diri dan hatinya dari kerasukan makan.”
Bukan hal yang samar lagi bagi anda, bahwa kondisi hati, seperti rasa cemas dan takut, kelembutan, munajat, dan meleburnya hati oleh wibawa ALLAH, merupakan kunci-kunci pembuka pintu surga, sekalipun di atasnya masih ada pintu ma’rifat dan lapar sebagai pengetuk pintu itu.

3)      Kerendahan hati serta lenyapnya kesombongan dan kezaliman yang ada di dalamnya. Tidak ada sesuatu yang dapat mematahkan nafsu melebihi rasa lapar. Kezaliman menyebabkan lupa kepada Allah ta’ala dan menjadi pintu gerbang menuju neraka jahim dan sumber kesengsaraan, sedangkan lapar akan menutup pintu ini. Dengan tertutupnya pintu kesengsaraan berarti pintu kebaikan menjadi terbuka. Itulah sebabnya ketika Nabi SAW.  Ditawari harta benda duniawi, beliau menjawab:
لاَ بَلْ أَجُوْعُ يَوْمًا وَأشْبَعُ يَوْمًا , فَإِذَا جُعْتُ صَبَرْتُ , وَتَضَرَّعْتُ , وَ إِذَا شَبِعْتُ شَكَرُتُ .
Artinya : “Tidak, aku ingin lapar seharian dan kenyang sehari. Bila sedang lapar, aku menjadi sabar dan khusuk. Bila sedang kenyang, aku bersyukur.”

4)      Ujian atau cobaan, yang baik ataupun yang buruk itu, termasuk pintu-pintu menuju surga. Karena di dalamnya dapat disaksikan rasanya siksaan, sehingga dengan itu semakin besar rasa takut terhadap siksaan, sehingga dengan itu semakin besar rasa takut terhadap siksaan akhirat. Manusia tidak dapat menyiksa dirinya sendiri dengan sesuatu seperti rasa lapar,  karena ia tidak perlu bersusah payah untuk melakukannya. Disamping itu, rasa laparjuga terkait dengan manfaat-manfaat lain. Sehingga ia akan selalu menyaksikan ujian Allah Ta’ala secara terus menerus.

5)      Mematahkan  nafsu syahwat yang mendorong untuk melakukan maksiat. Ini merupakan manfaat paling besar dari rasa lapar. Lapar akan mempu menguasai nafsu yang cenderung mengajak kepada perbuatan buruk serta mematahkan keinginan-keinginan lain yang menjadi sumber maksiat
Ali r.a : “Tidaklah aku merasa kenyang sama sekali, malainkan aku berbuat maksiat atau ingin melakukannya.”
Aisyah r.a berkata:”Bid’ah pertama yang terjadi  setelah Rosulullah SAW wafat adalah rasa kenyang. Sesunguhnya  bila  perut manusia kenyang, maka nafsu mereka akan tergiurkepada kesenangan duniawi.”

6)      Meringankan beban untuk melakukan sholat tahajjud dan ibadah, hilangnya keinginan tidur yang dapat mencegah ibadah. Salah satu modal kebahagiaanadalah umur. Banyak tidur berarti mengurangi umur,  karena mencegah diri dari ibadah. Pada prinsipnya banyak makan, menjadi penyebab banyaknya tidur.
Abu Sulaiman Ad-Darani berkata : “Barang siapa merasa kenyang, maka timbul enam macam akibat negatif, yaitu:hilangnya kenikmatan ibadah; tak akan dapat mempertahankan hikmah;terhalangnya ras sayang kepada sesama makhluk, karena ketika seseorang merasa kenyang ia menganggap semua orang kenyang; keinginan nafsu semakin meningkat; dan ketika orang-orang mukmin berjalan menuju masjid, ia malah berjalan menuju tempat sampah yang hina.”

7)      Beban biaya hidup menjadi ringan dan bersikap qana’ahatau  merasa puas dengan harta dunia yang dimilikinya sekalipun hanya sedikit, dan memungkinkan timbulnya sikap lebih suka memilih kemiskinan. Karena barang siapa yang terbebas dari keserakahan nafsu perutnya, ia tidak memerlukan harta yang banyak. Sehingga keruwetan dan kesusahan memikirkan urusan dunia, menjadi sirna. Bila ia ingin berhutang hanya untuk memenuhi keinginan nafsu perutnya, maka ia akan berhutang pada dirinya sendiri, maka akan lebih baik meninggalkan keinginan syahwaynya. Pernah dikatakan kepada ibrahim bin Adham rahimahullah mengenai suatu barang yang mahal harganya, maka Ibrahim menjawab: “Ringankan diri kamu dengan membersihkan diri dari padanya.”


0 komentar:

Posting Komentar